Sampah plastik jadi BBM ? Memangnya bisa ya ? Itulah yang terpikirkan diotak kita ketika mendengar sampah plastik bisa disulap menjadi BBM. Memang inovasi mengolah sampah plastik untuk dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna sangatlah banyak, namun pada kenyataannya dalam pelaksanaannya kurang maksimal.
Salah satu contoh desa yang menyulap sampah plastik menjadi BBM adalah Desa Kedungrejo, Muncar, Banyuwangi, Jatim. Bapak Nyoto Hariano merupakan pencetus dan penggerak gagasan tersebut. Beliau sangat disupport oleh warganya yang memiliki ide yang sama untuk mengubah sampah plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna dan memiliki nilai jual.
Sampah-sampah itu didapat dari bak sampah, masyarakat maupun diambil dari TPS yang kemudian diolah dalam sebuah alat. Tempat pengolahan sampah menjadi BBM tersebut memiliki lebar sekitar 10 meter dengan panjang 20 meter dan memiliki nama “Bengkel Badan Pengelolaan Sampah-Go Sampah Sistem (GO-PASS)”.
Menurut beliau, ide itu muncul sejak tahun 2006 dan baru terlaksana tahun 2017. Hal itu dimaksudkan dengan tujuan ingin membantu masyarakat serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat khususnya di Desa Kedungrejo sendiri.
SAMPAH PLASTIK JADI BBM ?
Sistem kerja alat tersebut adalah sampah plastik yang masuk ke tungku pembakaran kedap udara dipanaskan menggunakan kayu bakar yang nantinya menghasilkan cairan yaitu minyak mentah. Tungku pembakaran kedap udara itu berfungsi sebagai reaktor. Kemudian minyak mentah itu diolah menjadi BBM (bensin, minyak tanah, & solar dex). Endapan yang dihasilkan sangatlah aman serta hasil pembakaran kayu itu bisa dijadikan pupuk untuk tanaman.
Nyoto Hariano mengatakan bahwa dengan adanya kerja sama antara desa dan masyarakat, sampah yang dari masyarakat / TPS ini mulai dibeli yang nantinya akan diolah menjadi sesuatu yang berguna. Harga yang ditawarkan ini bermacam-macam, semua tergantung jenis & kualitas sampah tersebut. Mulai dari Rp. 1.000 hingga Rp. 2.000.
Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengolah sampah menjadi BBM kini mampu memproduksi dan sudah menjual BBM sekitar 5.000 liter. Dengan adanya gagasan ini, Nyoto Hariano serta masyarakat sangatlah berharap agar pemerintah kabupaten, provinsi maupun pusat dapat meliriknya.
Mengapa masyarakat berharap pemerintah perhatian dengan ide tersebut ? Karena kedepannya dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan perizinan usaha sehingga sampah di Indonesia dapat dikelola dengan baik. Dan jika desa lain ingin mencoba, Nyoto dan masyarakat dapat membuatkan alat untuk mengelola sampah menjadi sesuatu yang berguna seperti BBM ini.
Terobosan ini merupakan salah satu langkah untuk melindungi lingkungan dari pencemaran sampah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti mendapatkan BBM untuk para nelayan.
Akhirnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) memberikan penghargaan kepada Desa Kedungrejo yang telah memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna. Rofi Alhanif selaku Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah merasa senang dan terkesan dengan adanya pembersihan lingkungan yang dilakukan Desa Kedungrejo lewat Badan Pengelolaan Sampah-Go Sampah (GO-PASS).
Dalam kegiatan Clean Up di Pantai Sampangan, Desa Kedungrejo, Muncar, Banyuwangi pada Sabtu (14/11/2020), Rofi Alhanif mengatakan bahwa persoalan sampah itu berasal dari rumah dan cara hidup kita. Pengelolaan sampah didalam sebuah teori itu memiliki 4R yaitu rethink, reduce, reuse, dan recycle. Jadi dengan menerapkan 4R tersebut, diharapkan masyarakat dapat meminimalisir sampah yang ada di lingkungannya agar tercipta kebersihan dan kenyamanan bersama (sumber : liputan 6)
Leave a Reply